Belajar itu nggak
harus bikin dahi berkerut dan mata berkaca-kaca karena kebingungan. Justru,
kalau bisa bikin penasaran dan seru kayak main teka-teki, Why not? Peran pembelajaran
mendalam (PM) masuk sebagai pendekatan yang mengajak kita buat mikir lebih
dalam, bukan cuma hafal kilat menjelang ujian. PM ngajarin kita buat nyambungin
pelajaran sama kehidupan nyata—biar nggak cuma paham rumus, tapi juga ngerti
kenapa rumus itu penting.
Nah, biar makin
greget, PM bisa dipasangkan dengan model discovery learning. Bayangin belajar
kayak jadi detektif: siswa diajak buat nyari tahu sendiri, nyoba, gagal, nyoba
lagi, sampai akhirnya nemu jawabannya. Guru bukan lagi satu-satunya sumber
kebenaran, tapi menjadi partner investigasi. Dengan cara ini, belajar jadi
lebih hidup, lebih bermakna, dan (semoga) lebih bikin semangat daripada sekadar
menunggu bel pulang berbunyi.
Apa Itu
Pembelajaran Mendalam?
Pembelajaran
mendalam bukan sekadar belajar berlama-lama sampai capek. Ini soal bagaimana
siswa membangun makna dari apa yang mereka pelajari. Mereka diajak untuk
berpikir, merenung, dan mengaitkan pelajaran dengan pengalaman hidup.
Pembelajaran mendalam menekankan proses, bukan cuma hasil. Jadi, yang penting
bukan hanya nilai akhir, tapi juga bagaimana siswa sampai paham—dengan cara
yang aktif dan bermakna.
Mari kita bayangkan,
pembelajaran mendalam diterapkan seperti
mengajak siswa ngobrol sama pelajaran, bukan cuma mendapat info mentah. Mereka
diajak buat aktif, reflektif, dan kritis. Guru pun berubah peran, dari “Tutur
dan kapur” menjadi “teman diskusi”. Guru sibuk bantu-bantu siswa menggali makna
dan mencari tahu sendiri. Supaya pembelajaran mendalam bisa berjalan,
dibutuhkan suasana belajar yang asyik, kontekstual, dan penuh tantangan.
Evaluasinya pun nggak cuma soal angka, tapi juga soal proses berpikir dan
perkembangan siswa.
Intinya, belajar
itu harus pakai hati dan pikiran—biar hasilnya nggak cuma pintar, tapi juga dapat
memuliakan dan siap menghadapi dunia nyata. Dalam Pembelajaran mendalam, guru
lebih berperan sebagai aktivator dan kolaborator. Bukan tutur lagi, Guru lebh
membuka, membuka ruang diskusi, memberi tantangan, dan mendorong siswa untuk
selalu ber eksplorasi. Lingkungan belajar pun harus mendukung: aktif,
kolaboratif, dan kontekstual. Pada gambar di bawah disajikan infografis
pembelajaran mendalam.

Gambar 1. Infografis pembelajaran mendalam
Pembelajaran
mendalam merupakan pendekatanpembelajaran memuliakan dengan menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran
berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan melalui olah pikir, olah hati, olah
rasa, dan olah raga secara holistik dan terpadu. Adapun pembelajaran mendalam
dibangun sebagaimana disajikan pada gambar 1. Menurut pendapat penulis selaku
pengembang pembelajaran. Pembelajaran mendalam dibangun diatas 4 kerangka
pembelajaran, yaitu praktik paedagogis, lingkungan pembelajaran, pemanfaatan
digital dan kemitraan pembelajaran. Adapun selama proses pembelajaran, siswa
diberi pengalaman belajar berupa pengalaman memahami, pengalaman mengaplikasi,
dan pengalaman merefleksi. Supaya pembelajaran menjadi bermanfaat, maka
pembelajaran diberikan oleh guru dengan memegang prinsip bermakna, berkesadaran
dan menggembirakan. Sehingga 8 dimensi profil lulusan dapat ditumbuhkan. Adapun
kedelapan profil lulusan tersebut adalah 1) keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, (2) kewargaan, (3) penalaran kritis, (4) kreativitas, (5)
kolaborasi, (6) kemandirian, (7) kesehatan, dan (8) komunikasi.
Belajar Lewat
Penemuan
Model
pembelajaran discovery mengajak siswa buat jadi penemu. Mereka nggak dikasih
jawaban mentah, tapi diberi kesempatan untuk mencari sendiri. Jalannya, tentunya
beragam. Siswa dapat mencari jawaban melalui eksperimen, observasi, atau studi
kasus. Proses ini membuat siswa lebih gemes. lebih terlibat, lebih penasaran,
dan lebih paham karena mereka “menemukan” sendiri.
Discovery learning cocok banget buat memperkuat pembelajaran mendalam. Kenapa? Karena dua-duanya punya semangat yang
sama: membuat siswa aktif, berpikir kritis, kreatif dan belajar dari
pengalaman. Berikut ini disajikan tabel pengintegrasian pembelajaran mendalam
ke pembelajaran discovery.
Tabel 1. Integrasi Discovery Learning dalam
PM
|
Komponen PM |
Penerapan Discovery Learning |
|
Pemaknaan dan refleksi |
Siswa
menyusun pemahaman dari hasil eksplorasi sendiri |
|
Pembelajaran kontekstual |
Siswa belajar
melalui situasi nyata dan studi kasus |
|
Kolaborasi dan diskusi |
Siswa
berdiskusi untuk menguji dan memperluas temuan |
|
Evaluasi proses berpikir |
Penilaian
fokus pada proses eksplorasi dan refleksi |
|
Peran guru sebagai aktivator |
Guru memandu,
bukan memberi jawaban langsung |
Supaya ada
bayangan bagi sohib berikut juga disertakan sekadar contoh skenario
pembelajaran secara dengan tema pencemaran. Skenarionya tentunya dapat dibuat
lebih detil ya. Skenario mau dikembangkan dengan ide yang lain tentu saja juga
boleh, karena memang masih draft awal,
hanya pemantik saja supaya sohib mendapat ide dasar tentang pembelajaran
discovery.
Tabel 2. Skenario pembelajaran Discovery
Learning dalam PM dengan durasi 80 menit
|
No |
Sintaks |
Kegiatan |
Alokasi Waktu |
|
1 |
Pemberian Rangsangan (Stimulation) |
Guru membuka
pelajaran dengan menayangkan video singkat tentang pencemaran udara di kota
besar dan mengajukan pertanyaan pemicu seperti: “Mengapa kualitas udara di
kota besar sering buruk?” |
10 menit |
|
2 |
Identifikasi
Masalah (Problem Statement) |
Siswa diminta
mengidentifikasi masalah dari video dan data yang ditampilkan, seperti sumber
pencemaran dan dampaknya terhadap kesehatan serta kehidupan sosial ekonomi. |
10 menit |
|
3 |
Pengumpulan Data (Data Collection) |
Siswa dibagi dalam
kelompok IPA dan IPS untuk mengamati gambar, membaca artikel, dan mengakses
konten digital (infografis, simulasi, peta pencemaran udara). |
15 menit |
|
4 |
Pengolahan Data (Data Processing) |
Kelompok IPA
menganalisis sumber pencemaran dan dampaknya terhadap makhluk hidup. Kelompok
IPS menganalisis dampaknya terhadap aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat. Hasil analisis dituangkan dalam bentuk poster digital. |
15 menit |
|
5 |
Pembuktian (Verification) |
Kelompok IPA
melakukan simulasi sederhana penyaring udara. Kelompok IPS membandingkan data
pencemaran dengan dampak sosial ekonomi dari sumber berita atau studi kasus. |
15 menit |
|
6 |
Menarik Simpulan (Generalization) |
Siswa
mempresentasikan hasil kerja dan menulis jurnal refleksi tentang solusi lokal
yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara. Guru memfasilitasi diskusi untuk menyusun simpulan bersama. |
15 menit |
Penutup
Kalau belajar
bisa membuat siswa merasa menjadi ”Miss Marple”, kenapa kita harus membuat
siswa menjadi seperti mesin fotokopi?
Dengan menggunakan discovery learning sebagai strategi pada pembelajaran
mendalam, kita bisa menciptakan pengalaman belajar yang nggak cuma bikin paham,
tapi juga bikin penasaran, seru, dan relevan. Karena pada akhirnya, belajar itu
bukan soal tahu banyak hal, tapi soal tahu cara berpikir.
Daftar Pustaka
Bruner, J. S. (1961). The act of discovery. Harvard Educational Review, 31(1), 21–32.
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Kemendikbud. (2020). Konsep Pembelajaran Mendalam. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.
Suryani, N., & Wahyuni, S. (2018). Model Pembelajaran Discovery Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan, 19(2), 112–120.
Trianto. (2011). Model-model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Ja-karta: Prestasi Pustaka.
*) Pengembang
Teknologi Pembelajaran BBGTK Jawa Tengah